Proses Gametogenesis pada Hewan Vertebrata

Seperti yang kita ketahui bahwa hewan vertebrata memiliki suhu tubuh yang mampu untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Hewan Vertebrata adalah hewan yang diketahui memiliki tulang yang berada pada bagian belakang yang terentang dan tersusun hingga bagian bawah disebut tulang ekor.

Organisme Gonokhoris merupakan organisme yang berarti memiliki satu alat kelamin jantan atau betina. Proses reproduksinya dengan cara melibatkan sel gamet jantan dan betina. Keduanya dihasilkan dari pembelahan sel miosis dan mitosis, baik itu sperma maupun ovum.

Pembahasan lengkap mengenai Proses Gametogenesis pada Hewan Vertebrata adalah sebagai berikut:

Spermatogenesis

Spermatogenesis

Proses pembentukan sel gamet pada hewan jantan yaitu sperma disebut Spermatogenesis. Untuk kelanjutan keturunan hewan vertebrata, maka di pandang penting untuk membentuk sel sperma ini. Spermatogenesis terjadi di testes (jamak dari testis) hewan jantan yang akan melibatkan kontrol hormon di dalamnya.

Pada poin selanjutnya telah dijelaskan, bahwa bakal pembentukan gamet telah dirancang pada masa fetus. Pada manusia (sebagai contoh untuk mewakili hewan vertebrata), spermatogenesis dimulai sejak memasuki masa pubertas yang artinya masa pertumbuhan dan perkembangan organ seksual.

Organ seks jantan akan merangsang testes untuk membentuk sperma akibat dari aktifnya hormon testosteron. Pengaktifan testosteron ini dirangsang oleh hormon FSH dan LH yang dihasilkan oleh kelenjar pitutary. Sel induk sperma yang terbentuk dari sel germ primordial (bakal sel kelamin) disebut Spermatogonium (jamak: spermatogonia.

Pembentukan BSK terjadi pada masa fetus dan berkembang menjadi sel-sel primordial. Seiring dengan perkembangan hewann jantan, sel-sel primordial berkembang menjadi sel induk sperma di dalam tubulus seminiferus (saluran panjang yang berkelok-kelok di dalam testes.

Sel pendukung yang terdapat di dalam tubulus seminiferus disebut sel-sel sertoli, selain sel induk sperma. Sel ini memiliki fungsi sebagai pemberi nutrisi sel primordial semasa pembentukan sel sperma. Pembelahan mitosis sel induk sperma (spermatonium) membentuk spermatosit primer adalah awalnya spermatogenesi.

Hasil mitosis yang terbelah selalu akan menghasilkan sel anak yang identik dengan induk. Kelompok sel tubuh sehingga memiliki kromosom diploid (2n) merupakan Spermatogonia. Oleh karena itu, spermatosit primer akan bersifat diploid sama seperti spermatogonia.

Selanjutya, spermatosit primer akan memasuki pembelahan meiosis. Pembelahan meiosis merupakan tahapan pembelahan meiosis pertama yang akan menghasilkan spermatosit sekunder yang bisa dibilang bersifat diploid. Kemudian, spermatosit sekunder akan menyempurnakan pembelahan meiosis (meiosis kedua) yang akan terjadi pengurangan jumlah kromosom (reduksi) yakni terbentuk spermatid yang bersifat haploid (mengandung separuh kromosom induk).

Dengan terbentuknya Spermatid, akan mengalami spermiogenesis yaitu pematangan sperma yang terjadi di dalam epididimis. Spermatid dikirim ke bagian epididymis, yaitu tempat penyimpanan dan pematangan sperma. Di dalam epididimis terdapat sel-sel leydiq yang berfungsi untuk menghasilkan hormon testosteron dan juga memberi nutrisi kepada spermatid selama menjalani pematangan sel sperma (spermiogenesis).

Adapun perubahan-perubahan yang terjadi pada spermatid sehingga menjadi sel spermatozoa yang fungsional mencakup:

1. Pembentukan acrosome

Akrosom adalah enzim hidrolitik yang terletak di bagian ujung kepala sel sperma. Fungsi dari enzim ini adalah sebagai enzim yang akan melisis (menghancurkan) zona pelusida (lapisan pelindung) telur.

2. Kondensasi nukleus

3. Pembentukan leher dan ekor

Bagian leher berisi organel mitokondria yang mengalami pembesaran. Organel mitokondria ini berfungsi untuk menghasilkan energi yang besar untuk pergerakan sel sperma melalui reaksi respirasi. Sementara bagian ekor adalah flagel yang dibentuk dari sitoskleton yang berfungsi untuk motilitas (pergerakan sel sperma)

4. Pengurangan sitoplasma

Jika melihat sel sperma di bawah mikroskop maka akan terlihat begitu jelas bahwa sel sperma akan mengalami penyempitan wilayah sitoplasma. Hal ini bertujuan sebagai bentuk “perampingan” agar memudahkan pergerakan sel sperma. Spermatogenesis pada manusia berlangsung sekitar 64 hari. Terbentuknya sel spermatozoa menandakan bahwa sel gamet telah dapat digunakan (fungsional).

Spermatogenesis akan menghasilkan jutaan sperma. Hal ini dikarenakan untuk setiap satu sel induk sperma (spermatogonia) akan menghasilkan empat sel yang fungsional. Produksi sel sperma melalui spermatogenesis pada hewan vertebrata jantan akan berlangsung terus, tidak ada fase menopause.

Ovogenesis

Ovogenesis

Ovogenesis merupakan salah satu bagian penting dari Proses Gametogenesis pada Hewan Vertebrata, yang dimana pembentukan ovum (ovogenesis) berlangsung di dalam ovarium (kelenjar gonad hewan betina). Ovogenesis di kontrol oleh hormon fsh dan lh.

Berbeda dengan spermatogenesis yang berlangsung ketika hewan jantan memasuki usia remaja, ovogenesis telah berlangsung ketika hewan betina masih dalam masa fetus. Pada manusia, bayi betina akan membawa sekitar 400 sel telur dalam fase oosit primer yang akan menyempurnakan pembentukan ovum saat memasuki usia remaja.

Seperti halnya pembentukan sel gamet jantan, oogenesis merupakan rangkaian pembelahan mitosis dan meiosis. Ovogonia, sel induk ovum (2n) akan bermitosis membentuk oosit primer (2n). Pembentukan oosit primer terjadi pada masa fetus dan akan terhenti sampai memasuki usia remaja. Ketika telah memasuki usia remaja, dimana hormon-hormon reproduksi telah berkembang, oosit akan meneruskan pembelahannya. Oosit primer akan membelah secara meiosis.

Tahapan meiosis pertama akan menghasilkan dua sel yang asimetris. Polosit adalah sel yang berukuran kecil, sementara sel yang berukuran besar akan menjadi oosit sekunder (2n). Tahap akhir yaitu meiosis kedua, akan terjadi dengan rangsangan dari enzim akrosom sperma, artinya hanya dilanjutkan ketika terjadi fertilisasi. Baik oosit sekunder maupun polosit akan membelah menjadi dua. Oosit sekunder menghasilkan sel yang asimetris, polosit dann ootid. Sementara polosit akan menghasilkan polosit sekunder.

Ootid kemudian akan berkembang menjadi ovum yang haploid dan fungsional. Sementara tiga sel polosit lainnya akan mati. Dengan demikian, pada ovogenesis hanya akan menghasilkan satu sel yang fungsional. Itulah tadi sedikit pembahasan tentang Proses Gametogenesis pada Hewan Vertebrata, semoga membantu.

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *