Wisata Seni Budaya Debus Banten

 

Jika mendengar kata Debus, banyak mata yang tertuju dengan atraksi ‘gila’ dari pemerannya. Atraksi budaya dan bela diri yang berasal dari Banten ini memang sangat mengagumkan sekaligus mengerikan. Konon, Debus merupakan salah satu budaya yang sudah ada sejak abad 16 silam.

Saat itu, Debus baru sekedar acara kesenian dengan kombinasi suara dan seni tari saja. Kemudian, di abad 18, atraksi ini berkembang dan acara permainannya mulai berkembang hingga atraksi kekebalan seperti menusuk perut, lidah, mengiris badan, membakar diri dan lain-lain.

Sejarah Debus Banten

Sekarang, Debus lebih sering dikenal dengan atraksi atau pertunjukan kekebalan berupa menahan ‘siksaan’ jasmani layaknya dipukul dengan rotan, berjalan di atas bara api, berguling di atas tumbuhan berduri, memakan kaca dan lainnya. Seni dan budaya ini sekarang hanya terlihat di kampung-kampung serta acara seni dan budaya di tingkat daerah, nasional hingga internasional. Artinya, pertunjukkan Debus sudah mulai terbatas.

Jika dilihat dari perkembangannya, sebenarnya Debus bukan hanya berada di Banten saja melainkan juga di berbagai daerah lain seperti Jawa Barat pada umumnya, Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Aceh. Namun, yang paling terkenal memang dari Banten hingga saat ini.

Sedangkan jika dilihat dari asal katanya, Debus mungkin saja berasal dari kata Dablus dalam bahasa Arab yang artinya sejenis senjata penusuk yang terbuat dari besi runcing. Debus di sini juga bisa berarti alat tusuk terbuat dari besi panjang kira-kira 50 – 60 cm dengan ujung yang runcing. Pangkalnya berupa tangkai kayu yang cukup besar. Tangkai tersebut memiliki bentuk silinder dengan garis tengah kurang lebih 20 cm. Ada hiasan berupa rantai besi dengan fungsi sebagai tempat pemukul. Sedangkan senjata lain berupa pemukul yang terbuat dari kayu sebagai pelengkap permainan Debus disebut dengan gada.

Namun, jika dilihat dari bentuk pertunjukannya, Debus dapat dikatakan sebagai pertunjukan atau upacara syaman. Tetapi, jika dilihat dari isi atau pelaksanaannya, masih ada kaitan erat dengan agama Islam yang dicampur dengan budaya lokal. Itulah sebabnya, bisa jadi Debus memang sudah ada dari zaman dahulu kala. Sedangkan Debus yang kita lihat sekarang ada semenjak Islam berkembang di Indonesia dan bercampur dengan kebudayaan warga lokal.

Debus Banten, Atraksi Seni Budaya Mengerikan

Hal yang paling menonjol dari Debus ini adalah pertunjukkan kekebalan. Debus yang sudah ada dari zaman Kerajaan Banten dulu memang menjadi kebanggaan warga Banten. Bahkan, pertunjukkan ini dijadikan sebagai sarana untuk menyebarkan agama Islam. Namun, sekarang, Debus sudah disempitkan artinya sebagai seni dan budaya yang berasal dari Banten. Dalam permainan Debus ini ada unsur-unsur permainan debus terdiri dari pemainnya, alatnya dan musik pengiring.

Unsur-unsur debus adalah sebagai berikut :

  • Pemain: Ada pimpinan dengan sebutan Syekh, para pemain debus, pedzikir, penabuh musik / gendang
  • Peralatan Permainan: Debus, gada, pisau, golok, bola lampu, bara, alat penggoreng, dan lain-lain
  • Alat Musik: Gendang besar, rebana, gendang kecil dan kecrek

Adapun urutan acara dari debus ini biasanya sebagai berikut :

  • Pembukaan dengan lagu tradisional sebagai pembuka disebut ‘gembung’
  • Dzikir
  • Macapat / beluh / puji-pujian kepada Allah dan Nabi Muhammad SAW
  • Pencak silat
  • Permainan debus: menusuk debus dengan disertai pukulan gada yang mengenai tangkai debus. Bila terjadi ‘kecelakaan’ dengan pemain terluka, akan disembuhkan oleh Syeh
  • Kupas kelapa dengan gigi, memecahkannya dengan kepala
  • Goreng kerupuk / telor di atas kepala
  • Menusuk dan mengiris atau memotong anggota tubuh
  • Main api; membakar tubuh, berjalan di atas bara
  • Makan kaca / bola lampu
  • Memanjat tangga dimana anak tangga berupa mata golok

Tentunya, masih banyak urutan acara lain yang dilakukan di seni dan budaya Debus ini. Memang, atraksi Debus sangat memukau dan mengerikan. Siapa saja yang melihatnya, apalagi baru pertama kali, akan merasa geli atau tidak kuat apalagi wisatawan asing. Itulah sebabnya, Debus ini merupakan warisan budaya yang tidak boleh hilang dimakan oleh waktu. Sayangnya, pemain Debus kian sedikit karena memang ini permainan jawara dan tidak mudah untuk menjadi pemain Debus.

Ada banyak yang dilakukan agar bisa menjadi pemain Debus seperti puasa, tidak tidur dan menjalankan berbagai ritual tertentu dengan tuntutan dari Syeh. Memang sangat disayangkan karena warisan budaya seperti ini akan hilang jika tidak dilestarikan. Syukurlah, masih ada beberapa orang yang terus melanjutkan warisan budaya ini sehingga generasi sekarang juga masih bisa melihat salah satu kebanggaan warga Banten ini.

Salah satu cara agar seni dan budaya Debus ini terus dimintai oleh generasi selanjutnya tidak hanya generasi warga Banten yang melanjutkannya saja, beragam festival atau pertunjukan seni dan budaya terus diagendakan dengan menampilkan berbagai kebudayaan asli Indonesia salah satunya Debus ini. Salah satu agenda terbarunya adalah Sail Karimata  dimana para pemain Debus juga menunjukkan keahliannya di sana.

Memang, dibutuhkan kerjasama dari pihak Pemkot, Pemda, Pemkab hingga pihak terkait seperti Kementerian Budaya dan Pariwisata agar budaya Debus ini terus dimintai oleh generasi selanjutnya.

Tentunya, selain mengadakan acara budaya dan memperlihatkan Debus kepada wisatawan baik lokal maupun asing, masih ada cara lain yang bisa ditambahkan.

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *