Masjid Agung Yogyakarta

 

Jogja merupakan kota yang memiliki segudang area wisata alam yang menarik dan sangat sayang bila dilewatkan. Namun bukan hanya wisata alamnya saja yang menjadi unggulan kota gudeg ini. Terdapat banyak sejarah dan wisata religi yang menjadi saksi peradaban di kota ini.

Salah satu wisata religi dan juga menjadi saksi sejarah peradaban kota Jogja adalah Masjid Agung jogja, atau warga sekitar lebih mengenalnya dengan nama masjid gedhe Kauman. Ada banyak sekali keunikan arsitektur dan keagungan masjid ini. Sehingga kita tidak hanya dapat mendirikan ibadah saja disini, kita juga sekalian dapat menikmati keindahan masjid ini.

Sejarah Masjid Agung Jogja

Sejarah Masjid Agung Jogja memang tidak dapat terlepas dari campur tangan Raja Yogyakarta. Pasalnya Masjid ini didirikan pertama kali oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I bersama dengan Kyai Faqih Ibrahim Diponegoro yang merupakan penghulu pertama Kraton Jogja. Dan juga dengan bantuan Kyai Wiryokusumo selaku arsitek masjid ini.

Berdasarkan sejarah, Masjid Agung Yogyakarta ini dibangun pada Ahad Wage, 29 Mei 1773 Masehi atau 6 Robi’ul Akhir 1187 Hijriah. Jaman dahulu, masjid ini dijadikan sebagai pusat ibadah dan juga pusat kekuasaan Kesultanan Jogja kala itu. Masjid ini juga menjadi poros atau pusat dari lima masjid yang menjadi pathok kota Jogja, yang didirikan di empat penjuru mata angin sebagai penanda wilayah terluar kekuasaan kesultanan Jogja.

 Masjid Agung Yogyakarta

Pemilihan Lokasi Masjid Agung Jogja sangatlah strategis karena berada di kompleks Alun-alun Utara Kraton Yogyakarta. Masjid yang menjadi scene utama dalam film “Sang Pencerah” ini merupakan masjid tertua di pulau Jawa. Bukan hanya itu, Masjid Agung Yogyakarta juga menjadi cagar budaya Nasional negara kita. Masjid ini juga menjadi saksi tumbuh dan berkembangnya gerakan organisasi Islam Muhammadiyah di Indonesia.

Keunikan Dan Keistimewaan Masjid Agung Yogyakarta

Menurut saya masjid ini tidak hanya sebagai tempat beribadah saja, banyak sekali keunikan dan kemegahan masjid agung Jogja yang dapat kita lihat disetiap sudut masjid. Arsitektur masjid Kauman ini sarat dengan simbol-sibol serta filosofi jaman kuno. Ketika memasuki area masjid kita akan disambur dengan regol atau gapura berbentuk Semar Tinandu yang menjadi gerbang utama masjid.

Bagian atap Masjid Agung Yogyakarta masih menggunakan atap bertumpang tiga yang memiliki arti tersendiri. Makna yang terkandung dari atap ini adalah untuk mencapai kesempurnaan hidup kita harus melalui tiga fase sufistik dalam kehidupan manusia. Fase tersebut ialah Syariat, Makrifat dan Hakekat. Mustaka masjid juga memberikan simbol ilustrasi daun kluwih dan gadha yang juga mempunyai arti tersendiri.

Namun telah banyak perubahan yang terjadi pada masjid ini, terutama pada serambi Masjid. Akibat gempa yang melanda Jogja tahun 1867, serambi masjid yang runtuh telah dirombak dengan desain yang baru. Jaman dahulu, area serambi ini masih menggunakan batu kali sebagai lantai dasarnya, dan digantikan dengan marmer yang didatangkan langsung dari Italia.

Pesona Masjid Agung Yogyakarta ini belum berakhir sampai disini saja, pada dinding masjid masih menggunakan batu kali. Yang bikin geleng-geleng kepala melihat keunikan dari diding masjid adalah pemasangan batu kali ini tidak menggunakan semen ataupun unsur perekat lainnya. Benar-benar unik dan menarik bukan. Penopang masjid juga menggunakan kayu jati yang telah berusia lebih dari 200 tahun.

Bagian dalam masjid memang tidak berbeda jauh dengan tampilan masjid-masjid lain pada umumnya. Namun masjid agung yogyakarta ini tetap memiliki keindahan yang lain daripada yang lain. Dibagian kiri belakang mihrab, terdapat sebuah maksura yang terbuat dari kayu jati berbentuk bujur sangkar. Konon maksura ini dipergunakan untuk melindungi Raja ketika Sri Sultan beribadah di masjid ini.

Mihrab yang terdapat di masjid ini dipercantik dengan ukiran tumbuhan dan bunga khas kota Yogyakarta. Bukan hanya masjid saja yang dapat kita lihat, pada kompleks masjid agung yogyakarta juga terdapat Kantor Urusan Agama, kantor Takmir, pagongan dan juga pejagan. Pagongan merupakan tempat penyimpanan gamelan sekaten. Sedangkan pejagan pada jaman dahulu dipergunakan sebagai tempat prajurit kraton.

Anda tertarik untuk berwisata religi ke Masjid Agung Yogyakarta atau Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta ini? Selain berwisata religi memperdalam iman kita terhadap yang Maha Kuasa, kita juga lebih mengenal sejarah kota Jogja. Karena masjid ini merupakan masjid unik yang memadukan agama Islam dengan budaya tradisional Yogyakarta.

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *